Bicaramusik.id - Secara keseluruhan ini merupakan sebuah komposisi yang acak-acakan. Namun, DKTMI memang punya konsep yang begitu jadi tidak masalah karena memang disengaja. Ketiganya menciptakan musik dengan bentuk bebas dengan campuran psychedelic "70-an, post rock "80-an, sampai folk 2010-an. https://youtu.be/XqfdNaTjCYU Sebelumnya, DKMTI telah merilis "Prelude Berkabung" dan "Berkabung" akhir tahun lalu. "Di balik kerumitan lagu ini, DKMTI menyediakan bagian untuk semua pendengar dapat bernyanyi bersama setelah mendengar beberapa instrumental yang cukup pelik," tulis DKMTI dalam keterangan persnya. Lagu..., maaf ilustrasi ini, dipenuhi dengan nuansa raga rock "70-an di tengah lagu, nuansa yang sering ditemui di The Beatles pascapertemuan Goerge Harrison dengan Ravi Shankar. Setelahnya, vokal masuk dengan nuansa yang lumayan jauh berbeda, membawa kenangan pada memori di kampus pertengahan 2010-an saat band-band di sana mengagungkan Istiqamah sebagi panutan. "Suaka" dirilis pada Jumat (22/5) lalu. Dengan bantuan ilustrator musik, Dolfi Hutagalung, DKTMI mengaku menciptakan musik eksperimental yang mereka definisikan dengan kata "rumit" hingga "pelik" sampai-sampai diksi lagu terasa kurang tepat digunakan. Ardika (vokal, gitar), Tamaro (gitar bariton), dan Velyo (drum) lebih memilih frasa "musik ilustrasi". "Ardika memilih kata 'Suaka' untuk menggambarkan bagian-bagian yang terdapat pada komposisi lagu ini, seperti kesan mencekam, tenang, dan damai, karena para arti sebenarnya suaka adalah tempat tinggal yang di dalamnya selalu ada penderitaan, cinta, dan kematian," tulis DKMTI tentang sikap memilih judul dalam keterangan pers yang sama. Jika Anda merasa susunan tulisan ini kurang tepat, begitu lah kira-kira sisi eksperimental yang dicoba oleh DKTMI. Jika Anda merasa tulisan ini biasa-biasa saja, mungkin itu yang akan Anda rasakan setelah mendengar "Suaka", setidaknya jika membandingkan deskripsi lagu di keterangan pers dan bagaimana lagu tersebut terdengar.