Bicaramusik.id - A Night at Schouwburg berawal dari pertunjukan NAIF pada tanggal 20 September 2008 di teater legendaris Gedung Kesenian Jakarta dan menjadi salah satu pertunjukan musik terbaik yang pernah negeri ini saksikan.
Pertunjukan sepanjang tiga jam itu penuh dengan kecakapan bermain musik, hiburan segar, petualangan audio-visual dan interaksi alami yang terjalin hangat dengan penonton.
Satu paket kekuatan pertunjukan yang belum pernah semaksimal itu ditampilkan sepanjang 13 tahun perjalanan NAIF.
"Itu manggung terbaik di karir gue, sampai berminggu-minggu setelahnya masih terasa dan terus diobrolin sama anak-anak Naif. Gue pengen band-band lain ngerasain apa yang gue rasain, ngerasain panggung terbaik di karir mereka," jelas Emil Husein, pemain bas Naif.
Menyadari daya sihir yang ditawarkan gedung bersejarah itu, Emil bersama rekan-rekannya Coki Singgih, Chico Hindarto dan Aria Baja, membentuk kolektif Jababa, dan memutuskan untuk menjalankan konsep malam pertunjukan musik di Schouwburg tersebut secara berkala.
Musisi populer Indonesia itu potensinya gila, sehingga penting banget punya panggung yang bener, terkonsep, dengan tempat yang ideal untuk merekamnya untuk hasil terbaik. Tempat itu adalah Gedung Kesenian Jakarta.
[inlineAds]
"Apa yang dicapai Naif saat tampil di sana itu memang merupakan inspirasi, dan kami ingin membawa A Night at Schouwburg ke tingkatan yang lebih luas," ujar Coki Singgih, salah satu penggagas Jababa Records.
A Night at Schouwburg versi mutakhir ini akan dimulai pada 17 Desember 2017 berkat kerjasama antara Jababa Records, Locker Event dan Berita Angkasa Management dengan menampilkan trio cadas asal Jakarta yang sedang hangat, Kelompok Penerbang Roket (KPR). Grup yang beranggotakan Rey Marshall (Rey), John Paul Patton (Coki) dan I Gusti Vikranta (Viki) ini sudah menghasilkan dua buah album, beberapa single, dan akan merilis album penuh terbarunya dalam waktu dekat.
Menjawab tantangan untuk tampil di tempat ?angker? seperti GKJ, KPR berjanji akan mengerahkan segenap kemampuan mereka.
"Itu akan menjadi show tunggal pertama dan terpanjang kami. Akan ada lagu-lagu yang belum pernah dibawakan secara live, lagu-lagu lama dengan aransemen baru, dan beberapa hal yang belum pernah kami eksekusi sebelumnya," terang Viki, penabuh drum KPR.
Gedung Kesenian Jakarta dibangun pada tahun 1821 dengan nama populer Theater Schouwburg Weltevreden atau terkadang disebut Gedung Komedi. Gedung ini menjadi saksi bagi banyak pertunjukan budaya yang bersejarah, tetapi tercatat tidak banyak pertunjukan musik populer, apalagi dengan bunyi penuh electric yang hingar bingar, pernah ditampilkan di sana.
"Penampil di GKJ selalu menyesuaikan dengan tempatnya, dan KPR akan tampil dengan ekspresi khas mereka secara penuh, bisa jadi menjadi musik terbising yang pernah tampil di tempat bersejarah tersebut," ujar Aria Baja.
Dewan Kesenian Jakarta sebagai lembaga yang mengkurasi penampil di GKJ mendukung sepenuhnya konsep A Night at Schouwburg yang bakal menghadirkan sesuatu yang baru bagi tempat tersebut.
A Night at Schouwburg akan hadir secara reguler dalam beberapa kesempatan lain di tahun depan. Setiap pertunjukannya akan direkam dan hasilnya akan dirilis dalam bentuk dvd untuk format audio visual, serta compact disc deluxe, dan piringan hitam untuk format audio dalam jumlah terbatas.
[relatedPosts]
https://www.youtube.com/watch?v=cyA0GQmPwXw