Bicaramusik.Id - Tulus merilis album studio ke-5 dengan judul Manusia. Album yang diperdengarkan sejak Kamis (3/3) kemarin, bertepatan dengan sepuluh tahun masa berkarya Tulus di industri musik Indonesia. Sebelumnya, Tulus sudah lebih dulu mengenalkan “Ingkar” pada bulan Agustus 2021 lalu, dan terbaru Tulus mengeluarkan “Tujuh Belas” pada Rabu (23/2) sebagai lagu pembuka di album ini.
Tajuk Manusia diambil sebagai interpretasi dari semua isi lagu di dalamnya. Berisi sepuluh lagu mewah dengan racikan dari Erwin Gutawa disuguhkan Tulus untuk semua pendengarnya. Tak sembarang, Erwin menggarap album ini bersama orkestrasi ekstra yang direkam di Budapest Scoring Symphonic Orchestra, Hungaria. Lirik dengan Bahasa Indonesia yang sangat nyaman di telinga, menjalin cinta dengan suara lembut Tulus, bahkan tak ada celah untuk mengoreksi artikulasi pria kelahiran Bukittinggi, 1988 tersebut saat membawakan kesepuluh lagu dalam Manusia.
Sepuluh lagu yang disusun dalam album itu tentu punya filosofi dalam dan makna yang kuat di setiap kita mendengarnya secara berurutan. Semangat menjaga jiwa muda yang Tulus bangun di lagu "Tujuh Belas" membuat nomor lagu ini menyemangati pendengar. Di lagu "Kelana", Tulus ingin mengajak orang-orang yang selalu mengejar kepuasan dunia seperti uang, ketenaran dan gengsi untuk mengingat apa yang sebenarnya kita cari. "Kelana" menggambarkan kehidupan manusia urban yang menghabiskan waktu di jalan, dalam sebuah mobil, di bawah bayang-bayang gedung, padahal dalam perjalannya mereka selalu bertanya tentang pencarian mereka sesungguhnya, seakan tidak ada selesai untuk sebuah pencarian. Mungkin lagu ini bukan sindiran telak bagi satu atau sekelompok orang. Bisa jadi "Kelana" sebuah pengingat Tulus untuk memilih mana yang benar-benar penting, dan mana yang sekiranya bisa kita hindari jika hanya demi kepuasan sesaat saja.
Merelakan seseorang yang kita sayangi untuk pergi merantau, mengejar cita dan impiannya digambarkan Tulus lewat nomor lagu ke-3 berjudul "Remidi", sedang olah ragam emosi dan rasa sakit, Tulus ciptakan di lagu "Interaksi" dan "Ingkar" dengan lirik melodramatis. Tak hanya ingin sakit hati, Tulus tetap menyuguhkan lagu penuh cinta dan damba bahagia di lagu "Jatuh Suka", menceritakan seseorang yang terpikat pada orang lainnya tapi terkunci seribu bahasa. Bisa jadi di lagu ini Tulus sempat mencintai idolanya, tapi ia tak mampu bicara bahkan tak ada kesempatan untuk bicara, hal ini tertuang pada lirik "bila kau lihat ku tanpa sengaja, beginikah surga, bayangkan bila kau ajakku bicara, ini semua bukan salahmu, punya magis perekat yang sekuat itu".
Ada satu lagu di mana Tulus bercerita tentang seorang gadis bernama Nala, di lagu ke-7 yang berjudul "Nala". Nala digambarkan seorang yang pendiam, tak punya banyak teman, sendiri adalah pilihannya dalam menikmati hidup. Nala gadis kelahiran tahun 1992, ia tak pernah berkencan bahkan tak pernah jatuh cinta. Namun kemudian, Nala menemukan seseorang yang akan mengajaknya berkencan. Saat Nala sudah tampil cantik dan penuh semangat, pria tersebut membatalkan janjinya. Nala murung dan kembali ke kamar. Musik yang dihadirkan juga menggambarkan bagaimana emosi Nala bekecamuk, dari awal hingga di ujung lagu. Di tambah petikan gitar khas pop balada, menambah kesan galau si Nala yang pendiam.
Lewat lagu "Hati-Hati di Jalan" merupakan lagu favorit penulis di album ini. Mediasi yang Tulus antarkan melalui syair dan musik di lagu ini sangat dalam. Secara musikal dapat dibilang lagu ini yang paling ngepop dan easy listening dengan notasi yang mudah diikuti. Lagu ini masih kuat pengaruhnya dengan "Adu Rayu" dan beberapa lagu Tulus sebelumnya. Bercerita tentang cinta yang tak semulus dipikiran, meski memiliki hobi dan latar belakang pribadi yang sama, hal itu tak membuat cinta dapat merengkuh tanpa hambatan. Hingga akhirnya "kau melanjutkan perjalananmu, ku melanjutkan perjalananku" menjadi kesimpulan akhir hubungan dalam lagu ini.
Masuk di lagu "Diri" Tulus menanamkan selflove yang straight to the poin. Dia ingin pesan di lagu ini benar-benar sampai tanpa ada kalimat hiperbola atau majas-majas cantik seperti delapan lagu sebelumnya. Penempatan "Diri" juga tepat, setelah begejolak dengan segala kerusuhan batin, "Diri" sebagai obat mengusung senyum manis dan penuh percaya diri, persis yang ingin Tulus sampaikan di Manusia.
Lis terakhir merupakan lagu bertajuk "Satu Kali" yang menaruh simpati dan semangat yang luar biasa. "Kecil hanya sekali, muda hanya sekali, tua hanya sekali, hiduplah kini" mempertegas makna yang disampaikan. Meski mata selalu basah, tertawa kadang pula hanya sesekali, tapi kita harus tetap hidup meski di tengah gemuruh badai sekalipun. Tak ada pilihan untuk menyerah, jika kita ingin terus melihat matahari dan disejukan angin di atas bukit.
Album yang berdurasi 38 menit 37 detik ini, cocok menjadi pengisi agenda healing Teman Tulus, panggilan penggemar Tulus, di akhir pekan nanti. Menyeruput segelas teh hangat di pagi hari sembari mendengarkan Tulus bercerita melalui Manusia.
Selain Erwin Gutawa, Tulus juga dibantu oleh Petra Sihombing, Yoseph Sitompul, Dere, Topan Abimanyu, Riri Muktamar dan tentu saja Ari Renaldi yang telah mencetak multipel album bersama Tulus. Album Manusia masih didistribusikan oleh TulusCompany, perusahaan yang Tulus bangun untuk menyulap karya-karyanya menjadi sajian lezat yang kita dengar selama satu dekade terakhir.
Tak menemukan kekurangan di segumpal Manusia, karena sejatinya penulis tak bisa menyajikan kekurangan di antara jutaan keajaiban yang Tulus kemas dalam Manusia. Secara utuh Manusia sudah bisa dengarkan di seluruh toko musik digital, dan video klip "Tujuh Belas" maupun video lirik dari semua lagu di album ini sudah dapat dinikmati di kanal Youtube, Tulus.
Manusia perjalanan panjang Tulus dan orang-orang sekelilingnya, mengilhami lahirnya setiap karya di album ini, dan tetap tumbuh menjadi manusia yang semangat dan mengolah dinamika hidup dengan bijak. Sambutlah Manusia dengan cinta, siapkan waktumu tak penuh 40 menit beradu emosi dengan Tulus di album ini. Tabik.
Penulis: Mozza Mahardhik