Bicaramusik.id

Banner 728 X 90
Ulasan EP 'LO/HI' dari Modernheads
  • By : Bicara Musik
  • 2021-09-17

Ulasan EP 'LO/HI' dari Modernheads

Orisinalitas merupakan hal yang agak membingungkan dalam berkreativitas. Mencari inspirasi tentu diperlukan, namun jika mencaplok sekena-kenanya bisa-bisa dicap hanya menjadi buntut dari apa yang menjadi inspirasi, lebih buruk lagi dikatai plagiator. Karena itu, menjadikan sesuatu sebagai inspirasi dan menjiplak kadang tampak seperti Tegan dan Sara. Hal ini nampak terjadi pada unit revivalis garage rock asal Surabaya, Modernheads. Awal bulan lalu, kuintet ini meluncurkan sebuah album mini dengan tajuk LO/HI. Jika Anda mendengarkan kelima trek dalam EP tersebut, Anda akan tahu bahwa The Strokes lah inspirasi bermusik mereka. Bahkan, jika Anda tidak memerhatikan sama sekali kredit artisnya, Anda bisa jadi bertanya, "Ini b-side-nya The Strokes yang mana ya?" https://open.spotify.com/album/0gU5kGLrJLzs6hMZvPn8eM?si=A5z777zEQyeCBBpJ41Q75A&dl_branch=1 Pertanyaan itu bisa jadi wajar karena beberapa hal. Pertama, coba dengar saja intro dari trek pertama mereka,"Self Comfy-Dance". Progresi yang mereka mainkan hampir sama dengan trek penutup Room on Fire, "I Can't Win", dengan nada dasar yang yang lebih rendah. Ditambah lagi dengan racauan berbalut distorsi dari sang vokalis, Erwin, yang makin memiripkan ia dengan Julian Casablancas. Kocokan gitar pengiring pun banyak menggunakan downstroke konstan khas Albert Hammond Jr. Lalu, isian gitar utama di trek penutup "Modern Junk Art" juga seperti mencampurkan solo gitar "Last Nite" dan "Take It of Leave It". Dengan modal itu, Ardi (drum), Aswin (bas), Erwin (vokal), Glaop (gitar), Prass (gitar) cukup bisa menjadi cosplayer The Strokes di malam Halloween. Untuk menyingkat ulasan ini, mari gambarkan setiap trek di LO/HI ke beberapa lagu The Strokes. "Self Comfy-Dance" jelas "I Can't Win". "Nothing's Easy" mungkin lebih Comedown Machine, lekat dengan "Welcome to Japan" bisa jadi. "Side Effect" mungkin "Trying Your Luck". "10 PM" punya nuansa lagu-lagu balada The Strokes, seperti "Evening Sun" atau, yang lebih baru, "Life Is Simple in the Moonlight" di awal ditambah, tentunya, nuansa "You Only Live Once" di tengah. Menariknya, isian gitar di sini sedikit terdengar progresif dengan mencampurkan beberapa nada yang tampaknya tidak masuk akor tapi nyaman diterima telinga. "Modern Junk Art" mungkin gabungan bagian minor "What Ever Happened" dan "Heart in A Cage". https://youtu.be/NL1ZbOZm1zc https://youtu.be/bYmswqf5mIo Bukan berarti Modernheads punya salah. Seperti dibahas di awal, menjiplak dan menjadikan sesuatu inspirasi bisa diibaratkan Gary dan Ryan Jarman, serupa tapi tak sama. Lagi pula, tidak ada satu trek pun dari LO/HI yang betul-betul persis dengan The Strokes. Selain itu, melihat bagaimana keadaan rock berlandaskan gitar lebih luas hari ini, Modernheads bisa jadi sebuah pembeda. “Rock music is nowhere, really. I don’t know where it is. If it’s around, no one’s invited me to the party,” tutur pentolan Maroon 5, Adam Levine, tiga tahun lalu, melansir Study Breaks. Ini juga terlihat dari bagaimana Imagine Dragons merajai tangga nada rock dekade lalu. Band tersebut bahkan mengakui bahwa mereka tidak rock rock amat. "For the record I much prefer being called a pop star to rock star. I want to change popular culture and create music that brings light to the masses. I’m not looking to impress you with how little I care; or how drugged I am; [or] how many women I can sleep with. [I'm] not interested," kata Dan Reynolds seperti dilansir Loudwire. Hari ini mungkin bukan hari yang baik bagi musik seperti yang Modernheads bawakan. Tidak seperti "90-an di mana grunge berkuasa dan tentu masa 2000-an setelah Is This It mencuat dan membuka gerbang gelombang garage rock/post punk revival dan tren band berawalan The sampai ke Indonesia, sekarang band berlandaskan gitar dan vokal serak diberi distorsi tidak sebegitu ramainya. Biarpun banyak di ranah bawah tanah, tapi tidak banyak yang dapat penggemar setia dari segi kuantitas. Mari ambil pernyataan Om Robo, setengah dari Sundancer sekaligus salah satu pemuka garage rock dengan sound "busuk" di generasi sebelumnya yang berhasil jadi mitos dengan band legendarisnya, Southern Beach Terror. "Kalau mereka generasi anak-anak sekarang, umur mereka katakanlah 20, mereka menemukan The Strokes, 'wah ini rock klasik nih musik gua nih', ini mungkin udah waktunya aja buat mereka," kata Om Robo. "Kalau lu nanya ini 20 tahun lalu pas gua masih kuliah mungkin udah gua ceng-ceng-in." Akan tetapi, ia tidak begitu membenarkan jika suatu band mencaplok seutuhnya musik dari idola mereka. "Paling yang bikin gua gregetan, mungkin kayak 'ayo dong cari identitasmu sendiri'," tambahnya. Di 2000-an pun, banyak sekali anak muda yang akhirnya terinspirasi dari The Strokes dan akhirnya menjadi pengikut dari gelombang yang dimulai oleh Casablancas dan kawan-kawan. Arctic Monkeys pun mengaku terinspirasi dari mereka dan gubahan ulang lagu The Strokes bisa ditemukan di beberapa video live mereka. Lagi pula, bagaimana pun The Libertines disebut sebagai tiruan The Strokes Inggris, pendengar bisa merasakan perbedaan di antara musik mereka. Dengan gerakan Albion Arksnya, kadang kita bisa mendengar unsur tradisional Inggris atau Eropa secara keseluruhan dalam lagu-lagu Pete Doherty dan Carl Barât. Om Robo tidak mempermasalahkan band yang menirukan idolanya. Namun, ia berharap ada eksplorasi lebih dari band-band seperti Modernheads. Ia mengatakan band semacam ini hanya butuh diberi kesempatan lebih untuk berkembang. Salah satu tips yang ia berikan untuk mengeksplorasi musik dan mendapatkan identitas adalah mengambil aspek lokal dari daerah masing-masing, seperti yang The Libertines lakukan mungkin. "Kalau aku pikir ya, mungkin awalnya semua seperti itu, niru idolanya," tutur Om Robo. "Gua harapkan untuk anak-anak yang baru, oke lah kalau awalnya mereka meniru idola mereka, tapi habis itu progres lah, apa kek bawa ke daerahnya dia kek. Misalnya lu dari Banyuwangi ngambil musik kendang kempul atau apa gitu. Itu keren tahu. Per daerah tuh punya ciri khasnya masing-masing. Bisa dimasukin ke mana aja." Modernheads mungkin akan sulit memasukkan musik daerah ke dalam akar mereka. Namun, kunci dari perkataan Om Robo adalah eksplorasi. LO/HI sudah menjadi awalan yang baik bagi unit garage ini. Semoga Modernheads tetap berjalan dan diberi kesempatan untuk membuat rilisan-rilisan yang lebih dari ini. Yang jelas jangan bubar, kalian keren.        
Banner 300x600

RELATED BERITA

RELATED BERITA