- By : Bicara Musik
- 2020-02-21
Pandangan Iksan Skuter Soal Indie
Bicaramusik.id - Bicara musik dengan Iksan Skuter sama halnya dengan bicara sepakbola dengan penggila bola, tak ada habisnya. Ditambah lagi, Iksan tak sekadar penikmati atau penggemar musik, dia juga pelaku yang terlibat di dalamnya.
Iksan Skuter sudah sejak lama menceburkan dirinya di dalam industri musik. Jika pembaca cermat dan teliti, pria asal Malang ini memulai karier musiknya sebagai gitaris salah satu band pop Tanah Air, Putih, yang berada dalam naungan salah satu label besar. Tentu saja bisnis menjadi orientasi utama label ini dengan Iksan ada di dalamnya.
Kemudian di tahun 2010, dia memutuskan untuk berkarier secara solo. Dia mengantarkan sendiri musiknya ke telinga para pendengar dari satu tempat dan tempat lain.
Melewati dua fase ini, berada di label dan jalur independen, membuat Iksan secara tidak langsung paham bagaimana pola kedua sistem ini bekerja. Tanpa berlama-lama, sila disimak obrolan dengan Iksan Skuter.
Apa definisi "indie" menurut Iksan Skuter?
Indie, setahu saya diambil dari bahasa inggris yaitu “indiependent”. Jika ditarik dari kalimat itu, maka penafsiran saya terhadap konteks musik, musik indie adalah musik yang lahir dari kebebasan musisi melahirkan karya mereka. Tanpa dibatasi aturan-aturan baku yang lahir dari pola skema musik pada umumnya.
Semisal contoh tentang pemilihan sound, durasi lagu, tematik, cara penyajian aransemen dan lain-lainnya. Musik indie cenderung lebih bebas dan fleksibel tergantung seniman melahirkan karya-karya musik mereka. Lebih jauh dari itu, saya melihat musik indie bukan hanya terjebak pada bicara musik dan cara penyajiannya. Melainkan adalah berbicara mengenai sistem!
Sistem yang bagaimana?
Tentu saja sistem yang lahir karena proses alienasi karya yang terpinggirkan oleh sistem yang besar. Perlawanan “sistem kecil” terhadap dominasi “sistem besar” yang bukan hanya mengekang kebebasan berkespresi seniman, tetapi juga berbicara mengenai kesejahteraan seniman yang lebih terbuka dan toleran. Dalam praktik, sistem besar itu memang terlihat tertutup, kaku, dan kurang leluasa bagi seniman untuk menjadi dirinya sendiri karena tuntutan pasar.
Pada praktiknya, tentu tak semudah yang dibayangkan sebab membutuhkan cost produksi. Bagaimana jika terbentur pada kendala tersebut?
Berbicara indie juga berbicara mengenai proses. Perjuangan lewat jalur yang dibuat sendiri (red: indie) identik dengan proses yang sangat berdarah-darah. Namun jika melihat hitung-hitungan cost produksi, tentu saja kita akan melihat perbandingan yang jomplang dan cukup mencolok.
Semua bicara cost produksi. Namun sistem yang dibangun musik indie lebih fleksibel. Semuanya bisa disiasati dengan banyak cara. Semisal produksi album yang limited, sistem pre order dan lain sebagainya.
Berbeda jauh dengan cost produksi major label yang biasanya memakan budget yang sangat besar. Major label memilih produksi dengan budget besar karena alasan ingin menjangkau market yang luas. Otomatis berbanding lurus dengan orientasi mereka terhadap keuntungan yang sangat-sangat diperhitungkan pemodal.
Indie??? Mereka cenderung menyerang segmentasi terbatas dikalangan mereka sendiri. Namun gerilya musik indie cukup membahayakan industri besar karena susah terdeteksi radar industri besar, konsisten dan kuat mengakar.
Bagaimana Iksan Skuter melihat pengaruh perkembangan teknologi terhadap mereka yang ingin mendistribusikan karya mereka?
Teknologi sangat membantu. Mereka bisa sangat leluasa melempar atau memprosikan karya-karya mereka. Yang awalnya hanya dinikmati kalangan terbatas, sekarang mereka bisa sangat mudahnya melebarkan sayap ekspansi menembus batas apapun.
Belum lagi, distribusi album-album mereka pun sangat dibantu kecanggihan zaman. Merchandise pun digarap dengan mudah dan tentu saja distribusi yang lancar dan langsung diterima oleh fans mereka yang rata-rata fanatik.
Bahkan menurut saya, perdebatan indie atau major label menurut saya saat ini sudah tak lagi relevan. Mereka adalah dia sistem yang sangat besar dan kuat. Hanya saja seperti yang saya bilang tadi, indie adalah bicara proses. Musisi tinggal memilih. Bebas memilih.
Jika sebuah karya sudah diciptakan, langkah apa yang paling tepat untuk dilakukan musisi tersebut?
Karya yang diciptakan menurut saya harus terdokumentasi dalam bentuk konkret. Seperti sejarah yang melahirkan candi atau tulisan sastra di daun lontar atau semacamnya. Namun yang bisa kita pelajari dari sejarah, adalah kebutuhan primer untuk mendokumentasikan karya tersebut dalam bentuk konkret. Entah dalam bentuk vinyl, CD, atau kaset.
Selanjutnya adalah mempromosikan karya tersebut di platform digital. Membuat video klip untuk kebutuhan visual promosi.
Yang terakhir adalah tur! Kenapa tur penting dalam konteks musik indie? Ya! Karena kekuatan indie adalah berjejaring dan menciptakan pasar yang dibangun oleh swadaya mutualisme antara musisi dan pendengar.
Adakah perbedaan menjadi musisi independen di daerah? Apakah mereka harus berpindah ke kota besar agar musik mereka bisa dikenal lebih luas?
Di zaman yang serba cepat dan terbuka seperti ini, semuanya tidak harus ke kota besar. Saya selalu bilang kepada musisi-musisi di manapun. Bahwa kita tak perlu pindah tempat untuk berkarya. Toh kita dibantu tekhnologi untuk mempromosikan dan atau mendistribusikan.
Tidak ada perbedaan musisi kota kecil dan musisi kota besar. Menjadi catatan penting buat musisi kota kecil. Bahwa kita haruslah produktif dan konsisten melahirkan karya. Karena waktu yang akan menjawab hasil kerja keras yang panjang dan berdarah-darah itu.
Sebagai musisi yang berjalan memperjuangkan karyamu, bagaimana kamu melihat industri?
Industri yang bagaimana? Satu hal pasti, bahwa pilihan saya memilih jalur musik indie karena saya menjadi tuan atas karya-karya saya. Saya pun menjadi tuan atas industri yang kita bangun.
Orientasi kita tidak menjadi industri besar dan manufaktur. Target kita adalah menjadi industri yang berumur panjang. Karena kita yang mengatur ritme jalannya industri yang kita bangun tersebut.
Jangan terjebak ketika ngomong industri maka identik dengan kapitalisme, borjuasi kecil dan pundi-pundi uang. Bukan! Bukan itu semua tujuan kita. Ketika berbicara industri, sebenarnya kita sedang berbicara profesionalisme, target kerja, dan teamwork yang sistematis dan rapi. Entah dalam kerja tim ataupun mengenai packaging produk yang dilahirkan.
Bagaimana kamu melihat masa depan industri musik independen ini? Bisakah menjadi tuan atas karyanya? (Maksudnya bisa jadi kaya atau ndak) hehe
Sangat bisa! Selama seniman tersebut produktif, konsisten, dan tidak terjebak pada popularitas yang menghabiskan energi. Selama seniman tersebut sadar bahwa jobdesk-nya adalah melahirkan karya seni, masih berpikir sehat dan nalar yang normal, saya sangat yakin.
Musisi bisa menjadi tuan atas karya yang mereka lahirkan. Jika hal tersebut dilakukan secara profesional, maka akan berbanding lurus dengan imbas karya. Salah satunya uang! Harus dicatat dengan garis bawah yang tegas, uang bukanlah orientasi. Kekayaan, popularitas hanyalah imbas dari karya. Kodrat dan keharusan seniman hanya menciptakan karya seni.
Penulis: Rio Jo Werry