Bicaramusik.id

Banner 728 X 90
"Menari dengan Bayangan", Obat Hindia untuk Menyembuhkan Quarter Life Crisis
  • By : Bicara Musik
  • 2020-07-27

"Menari dengan Bayangan", Obat Hindia untuk Menyembuhkan Quarter Life Crisis

Bicaramusik.id - Lambat laun, hidup berjalan semakin terasa berat. Begitu banyak sesuatu yang dituju dan harapan untuk digapai selama proses pendewasaan. Terkadang, menjadi sosok ambisius itu baik. Namun, tak jarang juga membuat diri kita lelah tanpa disadari. Daniel Baskara Putra, seorang musisi asal Jakarta, mengajak semua orang untuk beristirahat sebentar dari aktivitas melelahkan. Ia menggunakan nama Hindia untuk projek solo ini. Debut album bertajuk Menari dengan Bayangan yang berisi lima belas trek di dalamnya pun resmi rilis tepat 29 November 2019 silam. Keseluruhan album seakan menggambarkan cita, cinta, dan perjuangan yang relate dengan anak-anak muda seumurannya. Situasi ini disebut quarter life crisis, di mana seseorang cemas akan masa depannya yang tak sesuai harapan. Paling buruknya, psikologis akan terbebani karena dorongan mendapat yang terbaik. Dalam Menari dengan Bayangan, kita sangat ditampar oleh padanan lirik yang Hindia ciptakan. Berbeda dengan dirinya ketika berkarya di .Feast yang lebih keras dan vokal dalam menyuarakan isu sosial, Baskara terlihat lebih jujur nan murni di projek solo ini. Konsep album kaya akan mantra pengingat bagi orang yang sedang kesulitan akan hidupnya terkait pekerjaan, finansial, cinta, keluarga. Debut album menjadi awal yang baik bagi Hindia untuk mendapat tempat baru di dunia permusikan tanah air, khususnya skena independen. Ia cerdas membedakan dirinya di .Feast, grup musik beraliran musik rock dengan Hindia yang mengarah ke pop. Kendati demikian, vokal unik dari Baskara tetap tak bisa dihilangkan, pun cara bernyanyinya yang penuh emosi. Selain itu, Baskara bisa disebut sebagai salah satu lyrical genius karena kata demi kata yang ia ciptakan untuk lirik sangat luar biasa. Yang disampaikan olehnya bisa mengeluarkan orang dari jebakan pikiran. Menari dengan Bayangan pun terasa begitu personal, berangkat dari pengalaman pribadi Hindia yang tercurahkan di beberapa lagunya. Evakuasi Menjadi Trek Pembuka Dari trek pembuka, Evakuasi saja terlihat karyanya ini dekat dengan kehidupan Hindia. Lagu ini merupakan protesnya kepada orang-orang yang menganggap dirinya bukan manusia biasa. Selama ini, ia hanya butuh ketenangan dari rutinitas yang menjenuhkan. Meski terkenal,  ia tak suka jika ada yang mendekati untuk sekadar selfie.  “Aku bukan objek validasi, jauhkan diriku dari foto selfie. Aku bukan objek imitasi, jangan pakai fotoku di akun pribadi”. Menjadi seorang musisi memaksanya bertemu banyak orang asing. Sehingga, Hindia ingin mengevakuasi diri dari hingar bingar realitanya kini. “Sekarang ku pergi, anggap aku mati. Selamatkan diri, oh, evakuasi,” menjadi chorus lagu ini. Ia tak mengucapkan kata manis untuk para penggemar, melainkan perasaan apa adanya. Pesan Suara Kerabat Sebagai Pemanis Album Hal spesial lainnya yang menghantarkan pendengar mengetahui pribadi Hindia terlihat dari pemilihan pesan suara untuk beberapa trek. Wejangan Mama, Voice Note Anggra, dan Wejangan Caca tampil sebagai pemanis Menari dengan Bayangan. Ketiganya benar-benar rekaman mentah tanpa instrumen. Jika didengar sekali, mungkin terdengar menyentuh. Tetapi, selanjutnya tiga trek ini akan siap di-skip karena akan membosankan jika didengar berkali-kali. Meski begitu, pesan suara ini memiliki pesan yang berbeda-beda. Dimulai dari trek kedua album, Wejangan Mama menceritakan alasan pemberian nama Baskara yang berarti matahari. Sang ibunda berharap Baskara bisa menyinari sekitarnya. Selain itu, perjalanan hidup Baskara dari kecil sampai memilih karir sebagai musisi pun diceritakan oleh ibunya. Berbeda dengan itu, Voice Note Anggra yang menjadi trek ketujuh memperlihatkan manajer Hindia mencari-carinya karena tak balas pesan. Kata Anggra, Baskara harus bergegas menyelesaikan pekerjaannya yang sudah ditunggu. Sedangkan Caca, sahabat karibnya, menyampaikan opininya mengenai Baskara yang ambisius namun peduli dengan orang lain. “Sayangin diri lo sendiri sebelum lo sayangin orang lain,” ucap Caca. Pesan dari Caca pun bisa mengingatkan para pendengar juga, bukan hanya mengarah ke Hindia. Dari ketiga pesan suara, mungkin Caca kata-kata yang dekat dengan kehidupan banyak orang.   Hindia Rangkum Masalah Cita, Cinta, Pertemanan, dan Keluarga Selanjutnya, Hindia menyuguhkan balada mengenai kerasnya realita untuk mendapatkan sebuah pencapaian. Seperti yang bisa kita dengar dalam trek ketiga, Besok Mungkin Kita Sampai yang memadupadankan lirik personal dan umum. Hindia ingin pendengar tak risau tentang masa depan, karena semua orang punya mimpi sendiri dan tak tahu kapan bisa tercapai. Penggalan lirik “kuatkanlah dirimu atas pertanyaan yang memburu tentang masa depan, pernikahan, pendidikan, pekerjaan, keimanan” menjadi salah satu hal yang lumrah terjadi di lingkup sosial kita. Selain itu, ada salah satu lagu yang membesarkan nama Hindia di kalangan penikmat musik lokal bertajuk Secukupnya. Bahkan, lagu ini pun menjadi soundtrack film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini dan sudah didengar sebanyak 50 juta kali di Spotify.  Hindia menyadarkan kita untuk lebih kuat  menghadapi kegagalan. Ia seakan hadir mendampingi pendengarnya yang bersedih karena tak mencapai tujuan atau keinginan dipatahkan keluarga. “Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?” merupakan penggalan lirik pembuka lagu. Kalimat interogatif tersebut membuat lagu lebih interaktif dengan para pendengar. Kita diajak mengobrol dengan Hindia secara tak langsung. Pesan positif Hindia sangat tersalurkan dalam Secukupnya, membangkitkan semangat pendengarnya. Curahan hati tentang cinta dinyanyikan juga oleh Hindia dalam lagu Untuk Apa/Untuk Apa dan Apapun yang Terjadi. Meski kedua lagu tidak memiliki pembahasan yang sama, tapi konsep yang diambil nampaknya sama yakni tentang percintaan masa lalu Hindia. Dalam Untuk Apa/Untuk Apa, Hindia sepertinya menyindir seseorang yang fokus mengejar mimpi dan harta hingga lupa kekasih. Sedangkan Apapun yang Terjadi  lebih frontal lagi, karena penggambaran suasana dalam liriknya sangat detil. Dari lagu ini kita belajar bahwa masa lalu tak perlu dibenci namun disyukuri. Begitulah ungkapan hati Hindia untuk mantan kekasihnya dalam lirik “walau parau-perih di lagu yang lain, di melodi ini bersyukur pernah terjadi.” Lagu yang terasa sangat personal lainnya yakni Rumah ke Rumah karena menyebutkan nama-nama perempuan yang hadir dalam hidup Hindia. Uniknya, nama mereka berakhiran dengan huruf A semua. Dimulai dari cinta monyetnya, mantan kekasihnya, kekasihnya yang sekarang, hingga sang ibunda. Lagu ini menjadi ucapan penyesalan, terima kasih, harapan untuk mereka dari Hindia. Menurut saya, Rumah ke Rumah menjadi lagu termanis dalam album ini. Kolaborasi Memberi Warna Berbeda Hindia juga bersuara terkait dengan maraknya media sosial untuk pamer kekayaan, berlomba siapa yang menang, bahkan bisa membuat diri sendiri merasa kurang dalam  lagu Jam Makan Siang berkolaborasi dengan Matter Mos, seorang rapper. Kolaborasi Hindia dengan beberapa musisi dalam album ini sangat memberi warna tersendiri. Karena, Hindia seperti tidak mendominasi meskipun ini projek miliknya. Jika terbiasa melihat Baskara dengan .Feast, mungkin akan terkejut ketika ia berkarya bersama rapper, menghasilkan musik khas Hindia dengan sentuhan hip hop. Performa rap Matter Mos dalam Jam Makan Siang tak perlu diragukan lagi. Selain Matter Mos, musisi selanjutnya ialah Petra Sihombing. Dalam lagu Dehidrasi, Hindia dan Petra melontarkan keluhan mereka tentang toxic people yang sering mengusik hidup mereka dan wawancara yang pertanyaannya membosankan. Genjrengan gitar elektriklah yang jadi pembeda dan menghidupkan lagu ini.  Berbanding terbalik dengan kolaborasi Hindia dengan Sal Priadi yang terkesan sangat gloomy. Dalam lagu Belum Tidur, keduanya merapalkan lirik yang saling bersahutan. Jika menggunakan earphone,  Hindia mengisi audio kiri, sedangkan kanan diisi Sal. Ajaib dan menegangkan, itulah kata yang menggambarkan lagu ini. Terciptanya Belum Tidur berangkat dari cerita mereka yang seringkali telat tidur akibat aktivitas yang menumpuk. Memboyong Rara Sekar dalam lagu Membasuh berdampak juga ke pembawaan genre musik yang didengarkan. Eks Banda Neira tersebut menciptakan suasana folk yang sangat kuat. Lirik lagu yang sangat puitis memang agak sulit untuk dimengerti, namun sepertinya mereka ingin mengungkapkan bahwa kita harus ikhlas jika memberi sesuatu kepada orang. Kita tak perlu mempermasalahkan umpan balik, seperti yang terlihat dalam penggalan lirik “Telah kusadar hidup bukanlah perihal mengambil yang kau tebar.” Kolaborasi terakhir di album ini ialah Mata Air bersama Natasha Udu dan Kamga. Lirik yang paling membuat para pendengarnya larut dalam emosi lagu ini ialah “temukan makna hidupmu sendiri, menarilah dengan bayangan diri sendiri.” Vokal Natasha dan Kamga tak perlu dipertanyakan lagi, suara mereka cocok sekali meski baru pertama kali kolaborasi. Trek ketigabelas ini sangat ramai, sebagai jembatan menuju trek paling terakhir. Mengobati Luka dengan Evaluasi Jika pada pembuka album Hindia memberi kata-kata pahit untuk para pendengarnya, di lagu penutup ia membangkitkan semangat. Bagi yang sering overthinking, Evaluasi bisa saja mengobati hal tersebut. Lirik yang diciptakan Hindia menyihir pendengarnya untuk istirahat dari permasalahan hidup. Dalam trek-trek sebelumnya, Hindia membagikan cerita tentang sulitnya berjuang dalam bekerja, cinta, keluarga, pertemanan. Maka, Evaluasi menjadi obat itu semua. Hindia menyajikan lirik yang meyakinkan pendengarnya bahwa luka yang dirasakan akan mengering sendiri, tak usah berlebihan karena itu biasa saja. Ini belum separuhnya, biasa saja, kamu tak apa,” penggalan lirik chorus ini sangat bisa menjadi mantra untuk pendengarnya. Lagu ini tak akan bosan didengarkan, terutama ketika sedang di ambang keterpurukan. Selang beberapa bulan, Hindia merilis single di luar album pada Juli 2020 lalu. Namun, digadang-gadang single bertajuk Setengah Tahun Ini merupakan akhir dari era Menari dengan Bayangan. Setelah menyelesaikan tur di beberapa kota dan dari rumah, nampaknya ia akan menciptakan sesuatu yang baru. Setengah Tahun Ini merangkum semua kejadian yang ia alami selama enam bulan ke belakang mulai dari pandemi, meninggalnya Glenn Fredly, dan masih banyak lagi. Wajah baru Baskara dalam Hindia sangat diterima oleh banyak penikmat musik di Indonesia. Lagu-lagu yang penuh motivasi dan relateable dalam hidup, bisa menjadi penawar kegelisahan orang di masa sulitSemoga ke depannya, Hindia akan terus menciptakan karya baru yang lebih baik dan lebih berpengaruh bagi banyak orang. Untuk berita musik ter-update lainnya, simak media sosial dan situs Bicara Musik!   Penulis: Dyta Nabilah Editor: Antie Mauliawati
Banner 300x600

RELATED BERITA

RELATED BERITA