- By : Bicara Musik
- 2019-11-21
Antara Dewa, Inggris-Inggrisan, dan EP "Purnama" Bilal Indrajaya
Bicaramusik.id – Purnama oleh Bilal Indrajaya dirilis awal November lalu. EP berisi enam trek ini merupakan lanjutan dari nomor-nomor tunggal Bilal sebelumnya, “Ruang Kecil” (2019) dan “Biar” (2018).
Nomor instrumental “Merekah” ditunjuk sebagai pembuka. Alunan vokal yang mengayun dari volume pelan sampai agak keras ditambah isian-isian instrumen yang di-reverse memang cocok dengan judul komposisi ini, mengingatkan pendengar pada potret bunga yang perlahan “Merekah” di video-video alam dari pemimpin kelompok kultus dari Turki, Harun Yahya.
Akhir “Merekah” secara halus mengantarkan pendengar pada intro “Gulana”. Untuk merasakan transisi ini, Anda sebaiknya menggunakan akun premium saat mendengarkan Purnama di Spotify karena iklan cukup membuat usaha tim Bilal untuk mengawinkan kedua trek ini sia-sia.
https://open.spotify.com/artist/4OqbMdJwZnREH8Kc3pi0De
“Gulana” menggunakan formula yang hampir sama dengan single-single Bilal terdahulu. Seperti “Ruang Kecil” yang diselipi “Biar”, trek ini menyelipkan keduanya langsung di akhir. Seperti kedua lagu tadi juga, Bilal bagaikan diiringi oleh Paul dan Ringo di bas dan drum dan Ahmad Dhani dan Andra yang kerasukan Brian May di keyboard dan gitar. Mungkin memang tak ada Dhani dan Andra di tim Bilal, namun peninggalan Vega Antares (additional Dewa 19, personel MahaDewa, produser Ari Lasso) sebagai produser sepertinya cukup membawa nuansa kancah Surabaya yang itu cukup kentara di karya-karya solois Ibu Kota ini.
Lagu-lagu Bilal memang terdengar seperti perkawinan yang pas antara Dewa 19 dan album-album akhir The Beatles. Sisi Dewa sudah dibahas sedikit di paragraf sebelumnya. Untuk sisi ke-Inggris-Inggrisannya, akan dibahas nanti. Sabar ya.
Trek selanjutnya hadir sedikit berbeda. Drum Ringo dan bas Paul makin kentara. Pianonya lebih “Penny Lane” dibanding “Risalah Hati”. Gitar ber-layer sarat treble khas Andra atau Brian May pun tidak lagi begitu terdengar.
“Irma” lebih menggebu-gebu dibanding karya-karya Bilal pra-Purnama. Ini mungkin membuka telinga penggemarnya ke versi lain dirinya, versi yang lebih ceria, karena sampai mendengarkan “Gulana”, kita masih cenderung kasihan pada Bilal. Mungkin ini juga yang membuat "Irma" dijadikan single dan dibuatkan klip video, untuk membiasakan pendengar bahwa ada kemungkinan Bilal membuat karya semacam ini.
Trek ini menceritakan tentang kecintaan kepada seseorang yang menunggu di rumah. Pada klip videonya, Bilal digambarkan sebagai seorang ayah dengan istri yang sudah dikenalnya sejak kecil. Bisa dilihat ya di sini, Bilal bermain piano dengan kaus Oasis. Tapi kenyataan bahwa “Irma” diambil dari nama ibunya membuka kemungkinan lain dari maksud lagu ini. Pelik.
Andra dan Dhani kembali bergabung dengan Ringo dan Paul di “Singgah”. Nuansa yang dibawa sama dengan nomor-nomor awal. Bilal bahkan menggunakan vokal triplet yang pernah ia gunakan di “Ruang Kecil”. Model vokal ini juga dapat ditemukan di “Hard Day’s Night” dan “Hey Jude”.
Intro trek selanjutnya sedikit mengejutkan. Anda mungkin akan mengira telah memasukan Dosa, Kota, & Kenangan-nya Silampukau ke daftar putar. Intro “Purnama” memang mirip dengan intro di luar lagu trek-trek di album tersebut. Isian gitar yang dimainkan memang merupakan potongan dari lick-lick keroncong.
Andra, Dhani, Paul, dan Ringo turun panggung sementara. Pilihan vokal dan progresi akor lagu ini punya nuansa White Shoes & The Couples Company atau Nona Ria atau bahkan Bing Slamet. Ada yang merasakan hal yang sama?
https://www.youtube.com/watch?v=DSv7vHEHacw
Timbul sedikit rasa terkhianati mendengar “Purnama” setelah mendengar “Irma”. Jika intrepretasi “Irma” sesuai dengan klip video, bayangkan diri Anda sebagai pasangan Bilal. Anda punya pasangan yang tampan nan kebapakan tapi ternyata dia masih teringat dengan mantan. Apa lagi “Singgah”, sebagai trek penengah, artinya bisa disambung-sambungkan jika mau. Semoga susunan ini tidak disengaja. Jika iya disengaja, cukup dalam sepertinya apa yang Bilal alami dalam hidupnya.
“Lagu Cinta untuk Dunia” merupakan penutup yang menyenangkan. Bilal kembali membawa nuansa mayor “Irma”. Namun Andra, Dhani, Paul, dan Ringo nampaknya sudah terlalu lelah bermain pada tiga lagu, jadi Bilal memilih para session player Guruh Sukarnoputra untuk mengisi lagunya. Kebetulan, Vira Talisa yang ditunjuk sebagai kolaborator juga pernah menggunakan jasa mereka di Primavera.
Lagu penutup ini memang lebih Vira dibanding lagu-lagu Bilal sebelumnya. Sama seperti Vira di Primavera, musik pengiring “Lagu Cinta untuk Dunia” mengingatkan pendegar pada karya-karya Guruh atau pop-pop kreatif era Pengangsaan walaupun progresi akornya tidak serumit itu. Pun dengan liriknya, walaupun (lagi) tidak butuh buka KBBI untuk memahami diksi-diksi Bilal dan Vira di lagu ini. Vokal keduanya di-mix setara, mau sebagai vokal utama atau pengiring, membuat harmonisasinya mudah dikulik oleh pasangan-pasangan gemas masa kini yang hobi menggubah ulang lagu dengan gitar akustik, kemudian membagikannya di media sosial.
Sebelum Bilal Indrajaya
Sebelumnya, telah disebutkan bahwa kita akan membahas sisi ke-Inggris-Inggrisan Bilal. Untuk membahas itu mari lihat kehidupan bermusik Bilal sebelum membesarkan nama sebagai Bilal Indrajaya.
Pada pertengahan 2010-an, Bilal merupakan seorang gitaris untuk band bernama Rhym. Bersama Rhym, Bilal memproduksi satu EP (Stranger pada 2016) dan tiga nomor tunggal (“Anthem of the Delusional Throne” pada 2015, “Stranger’s Tide” pada 2016, “Lord” pada 2018) pada dengan satu nomor tunggal (“Stranger’s Tide”) menjadi bagian dari EP.
Sisa-sisa peninggalan The Beatles pasca-George Harrison bertemu Ravi Shankar, musisi klasik India (sekaligus ayah Norah Jones), sungguh terasa di lagu-lagu Rhym. Ada bebunyian tangga nada sitar yang coba dimainkan dengan gitar di karya-karya mereka. Kebetulan saat itu memang sedang musim revival musik-musik psychedelic masa itu. Temples mungkin bagian dari gelombang ini yang musiknya terasa rapat dengan Rhym.
Bukti lain peninggalan Inggris di diri Bilal adalah kaus Oasisnya di klip “Irma” yang sudah kita bahas sebelumnya. Selain itu, coba dengar prototipe “Biar” berjudul “Separuh Senja”. Versi lebih kopi senja yang dimainkan Bilal versi stoner ini, terdengar progresi-progresi akor yang sederhana namun tidak sesederhana itu yang juga dapat ditemukan di “Let There Be Love” atau “Half The World Away”-nya Oasis.
Ya, Bilal Indrajaya. Sosok rupawan, idola anak muda masa kini dan diaminkan oleh pendengarnya untuk menjadi vokalis Dewa 19 selanjutnya.
Penulis: Abyan Nabilio
Editor: Antie Mauliawati