Bicaramusik.id - Album keren ini rasanya wajib dikoleksi oleh siapa pun yang terbiasa menempatkan imajinasi sebagai unsur sakral dalam proses kreatif. Sebuah pencapaian dua pekerja seni, Filastine & Nova, dengan rumusan dunia tanpa batas, yang lahir membawa spirit perlawanan terhadap gejala xenophobia. Setiap bentuk aransemen menjadi sah. Termasuk sound elektronik guna mengiringi lantunan langgam Jawa dengan lirik bahasa Inggris dalam lagu "Fenomena". Pada lagu "Matamata" Nova menjelma jadi seorang rapper. Grey Filastine (USA) dan Nova Ruth (Indonesia) menyelesaikan album ambisius ini secara nomaden, berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. [inlineAds] Suatu saat mereka melakukannya di sebuah perahu kayu dalam perjalanan mengarungi Samudera India, lain kali mengerjakannya di sebuah dusun berdebu di tengah Sahara, lalu di beberapa ruang urban dari Brooklyn sampai Barcelona. Hasilnya adalah konsep eksperimental yang menantang logika. Album Drapetomania didukung oleh Brent Arnold (cello), Gondrong Gunarto (sitar, kendang, ukulele), Jessika Kenney (lirik), Ribongla (keyboard), Safril (suling), Scott Adams (akordion) dan Totok Tewel (gitar). Filastine sendiri bertindak sebagai produser. Untuk pasar internasional, album ini dirilis oleh Post World Industries dalam format CD dan vinyl. Duo Filastine & Nova kini tengah gencar mempromosikan karyanya ke berbagai negara. Bulan September ini mereka berada di Indonesia. Saya beruntung sempat menyaksikan pertunjukannya di pelataran Candi Badhut, Malang. Ini candi Hindu tertua di Jawa Timur. Bagi teman-teman yang belum ngeh, Nova Ruth adalah putri Totok Tewel. Penulis: Denny MR [relatedPosts]