Musisi solo pria yang baru-baru ini meramaikan musik tanah air dengan merilis album
Walk the Talk ini mengusung
genre folk pop yang dipengaruhi oleh musik
British. Inspirasinya adalah The Beach Boys, The Beatles, Radiohead, Arctic Monkeys, dan The Smiths. Album
Walk the Talk diproduksi secara independen di bawah label rekaman Pam Record. Selain seorang penyanyi, solois berkacamata ini juga merupakan seorang penulis lagu sekaligus produser untuk semua musiknya.
Pamungkas mulai bersinggungan dengan musik pada umur delapan tahun dengan mempelajari alat musik drum. Selanjutnya, Pams, sapaan akrabnya, belajar piano dan gitar secara otodidak sebelum akhirnya menjajal kemampuan lain di bidang tarik suara dan produksi lagu.
Gaya bermusik Pamungkas merupakan
style yang ia buat sendiri dengan menggabungkan kekayaan musik elektronik,
folk, dan pop. Semua itu dipadukan dengan suaranya yang jernih,
powerful, serta lembut sehingga terciptalah dimensi suara baru yang
fresh. Melalui lirik-lirik lagu yang ada dalam album
Walk the Talk, Pamungkas bercerita tentang pemikiran dan pandangannya mengenai kehidupan, percintaan, pertemanan, dan yang paling utama, perkembangan dirinya sendiri.
Kiprah Pamungkas di industri musik Indonesia sebenarnya sudah mulai lebih awal semenjak belum merilis album
Walk the Talk. Di tahun 2009, Pamungkas yang masih bergabung dalam grup band Potenzio merilis album bertajuk
Jingga dengan
single utama bertajuk
Twitter Dunia.
Bicara tentang
Walk the Talk, sebenarnya album ini sudah pernah dirilis pada tahun 2017 dengan komposisi sepuluh lagu di dalamnya. Kemudian, di tahun 2018, album ini diluncurkan ulang dengan adanya tambahan enam lagu baru. Meski begitu, Pamungkas memberi desain
cover baru di album yang dilepas pada tahun 2018.
Mayoritas lagu yang ada di
Walk the Talk menggunakan Bahasa Inggris karena dimaksudkan agar bisa diterima dan bersaing di pasar global. Namun, ada juga tiga lagu berbahasa Indonesia yang diberi judul
Monolog, Jejak, dan
Kenangan Manis.
Dengan album
Walk the Talk, Pamungkas ingin membawa pesan kepada pendengar bahwa bagaimana pun kehidupan percintaan yang dialami oleh setiap orang, hal itu akan membawa pada proses eksplorasi diri, revolusi hidup, perbaikan hati, serta pendewasaan yang membuat setiap manusia menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi hidup.
Setahun kemudian, Pamungkas merilis album baru bertajuk
Flying Solo. Bali menjadi saksi proses penulisan beberapa lagu miliknya. Total lagu dalam album ada sebelas, yaitu
Intro III,
Modern Love,
Flying Solo,
The Retirement Of U,
Break It,
Intro IV,
To The Bone,
Nice Day,
Lover Stay,
Untitled dan
Outro I. Setelah rilis, Pamungkas menggelar tur Pulau Jawa di lima kota, dimulai dari Malang hingga Bandung.
Flying Solo cukup menaikkan nama Pamungkas di ranah musik tanah air. Maka, Pamungkas pun memberikan persembahan menarik bagi para penggemar untuk menyelesaikan era emasnya itu. Ia menggelar konser virtual bertajuk
The End of Flying Solo Era sebagai pengganti batalnya konser mancanegara akibat pandemi. Pamungkas pun tak lupa untuk mengunggah penampilannya dengan orkestra pengiring, ThePeoplePeople dalam sebuah album di
platform musik digital.
Kendati demikian, ia tetap lanjut bersinar dengan album terbaru yakni
Solipsism. Ia mengakui bahwa album ini bercerita tentang ide dan sudut pandangnya, karena kini hidup di zaman modern yang tiap orangnya punya pandangan sendiri terhadap apapun. Pamungkas pun menggarap
Solipsism secara mandiri selama masa pandemi.
Biodata
Nama : Rizky Pamungkas
Asal : Jakarta, Indonesia
Genre musik : pop alternative / folk pop
Tahun aktif : 2009-sekarang
Perusahaan rekaman : Mas Pam Record
Website :
https://pamungkasmusic.com/
Sources
https://pamungkasmusic.com/about/
https://www.kompasiana.com/gatot_tri/5b56fb7ebde57517603515c2/walk-the-talk-dari-pamungkas-buat-kita-terus-bergerak
https://qubicle.id/story/walk-the-talk-debut-album-dari-pendatang-baru-pamungkas
https://hai.grid.id/read/072214130/digarap-sendiri-selama-pandemi-pamungkas-rilis-album-solipsism?page=all
Simak
profil artis lainnya pada situs Bicara Musik!