Bicaramusik.id

Banner 728 X 90
Ulasan Mocca’s 20th Anniversary Concert: You and Me Against the World
  • By : Bicara Musik
  • 2019-12-27

Ulasan Mocca’s 20th Anniversary Concert: You and Me Against the World

Bicaramusik.id –  “Akhirnya nervous juga di panggung setelah sekalian lama,” ujar Arina di atas panggung setelah membawakan tiga lagu, “Friends”, “Imaginary Girlfriend”, dan “I Love You Anyway”, yang membuka Mocca’s 20th Anniversary Concert: You and Me Against the World di Studio Palem, Jakarta Selatan pada Jumat (20/12). Malam itu memang sangat istimewa bagi Arina Ephipania (vokal), Riko Prayitno (gitar), Ahmad ‘Toma’ Pratama (bas), dan Indra Massad (drum).  Usia berkarya 20 tahun bukan waktu yang singkat bagi sebuah kelompok musik, khususnya yang berawal dari kampus (sila tanya teman-teman Anda yang band-bandan di kampus jadi apa mereka sekarang). Sebelum menggelar konser ini, Riko dan kawan-kawan sempat mengeluarkan album tribute bertajuk A Tribute To Mocca: You and Me Againts the World secara fisik dan digital bersama Berita Angkasa. Album tersebut berisi sembilan trek Mocca yang digubah ulang oleh sejumlah musikus muda sesuai gaya musik masing-masing. “Untuk menarik pendengar dari generasi baru,” kata Riko di suatu kesempatan tentang tujuan dari album tersebut. Hampir semua musikus yang mengisi A Tribute To Mocca: You and Me Againts the World diundang untuk menemani Mocca bermain di atas panggung, walaupun salah satu dari mereka berhalangan untuk hadir. “Secret Admirer” merupakan trek pertama dari album tribute yang dibawakan. Sayangnya, Sky Sucahyo yang ditunjuk sebagai penggubah tidak bisa hadir dengan alasan “sedang ke luar kota” (atau di luar negeri mungkin). Alih-alih membawakan versi My Diary, Arina lebih banyak diiringi keyboard dari pemain additional. Tambahan isian gitar Riko (dengan gitar akustik ber-headstock Fendernya), selipan “What If”, dan isian pemain brass additional di akhir lagu (menggantikan kazoo di versi tribute) membuat versi yang dibawakan di atas panggung persis dengan yang Sky buat. Selang selagu, “Baby You’re a Fool”, Mocca memainkan satu putaran “On the Night Like This”. Coldiac langsung menyambar dengan versi mereka dengan transisi yang halus. Sambadha dan kawan-kawan terlihat sedikit tegang tapi siapa yang tidak jika mengingat pernyataan empunya acara di awal. Setelah itu, mereka menggantikan Mocca di panggung dengan tembang andalan, “Tiffany”. Coldiac turun, suara Arina muncul dari kegelapan panggung. Ia, yang sekaligus berperan sebagai pembawa acara, memperkenalkan penampil selanjutnya dengan Bahasa Indonesia bercampur Sunda. “Naha jadi Sunda kieu?” keluhnya. Kelas Mocca tampil membawakan “Do What You Wanna Do” setelah diperkenankan. Salah satu potongan dari album tribute, lagu ini dipilih karena nyaman untuk dibawakan bersama-sama dan memang pernah dinyanyikan bersama-sama saat pelepasan Home 2015 lalu. Kelas Mocca (kumpulan Swinging Friends yang bermain musik) sukses mengajak Swinging Friends lain ikut bernyanyi. Ada kejutan yang diberikan para Swinging Friends setelah “Do What You Wanna Do”. Salah satu dari mereka naik ke atas panggung membawakan kue ulang tahun yang lilinnya siap ditiup. Kecanggungan tak bisa dihindari, beberapa orang tersandung kabel rooting-an panggung, mikrofon hampir jatuh. “Begini nih kalau surprise enggak pakai latihan,” ujar sang vokalis. Tapi tak apa karena semua senang. Pengisi tribute yang selanjutnya dipanggil adalah wanita yang “tingginya tidak jauh dari saya (Arina)”. Ini adalah giliran “My Only One” dimainkan bersama Asteriska. Versi yang dibawakan merupakan versi tribute, namun Asteriska tidak membawa session player. Jadi Riko, Toma, Indra, dan pemain additional yang membantu Mocca lah yang mengiringinya bernyanyi. Iringan musik yang begitu “digital” dari Asteriska bisa dibawakan secara langsung dengan alat-alat band oleh Mocca. Ini yang unik dari Mocca dan konser 20 tahunnya. Ada tiga solois yang ditunjuk dalam tribute You and Me Against the World, Sky Sucahyo (“Secret Admirer”), Asteriska (“My Only One”), dan Bilal Indrajaya (“The Object of My Affection”). Versi yang dibawakan dalam konser ini adalah yang digubah ulang oleh para solois dan (seperti yang dibahas dalam kasus Asterika) tidak ada dari mereka yang membawa session player sendiri. Dengan kata lain, Mocca mengulik ketiga versi yang telah dibuat masing-masing solois dan mengiringi mereka (kecuali Sky) saat bermain di atas panggung. “Itu gue tinggal tinggal datang langsung main,” aku Bilal tentang penampilan dengan band “kakak-kakak”-an baginya itu. “The Object of My Affection” pun berhasil dibawakan setelah lagu tituler dari EP terakhirnya “Purnama” ia mainkan hanya dengan gitar akustik. Saat Bilal naik panggung, NonaRia baru saja datang ke backstage dari panggung mereka di belahan lain Jakarta. Sudah dengan kostum lengkap, mereka masih punya waktu untuk bersiap-siap. “Sebatang dulu lah,” kata Nanin sang pemencet tuts. Trio mbak-mbak keren ini akan menjadi salah satu penampil pendamping Mocca yang dielu-elukan Swinging Friends. Toma dan Riko membantu Arina sebagai pembawa acara untuk memanggil penampil selanjutnya. Grup ini merupakan adik tingkat mereka di Institut Teknologi Nasional (Itenas). “Desain, desain, desain,” teriak Riko menirukan slogan atau salam salah satu jurusan teknik se-Jawa Barat jika tidak se-Indonesia. Moustache and Beard adalah yang selanjutnya naik panggung. Afif dan timnya membawakan lagu mereka, “Senyum Membawa Pesan”. Cengkok Melayu bercampur pop Sunda milik sang frontman dalam lagu ini akan cocok dengan lagu Mocca yang selanjutnya akan dibawakan. “Ketika Semua Telah Berakhir”, lagu di mana Gardika Gigih membantu Mocca dipilih Moustache and Beard untuk digubah ulang dan akhirnya dibawakan di konser ini. Seperti dibahas sebelumnya, tembang ini memang dekat dengan suasana musik Afif dan kawan-kawan. Setelah menyambut adik-adik mereka, akhirnya, Mocca melanjutkan set mereka sendiri agak panjang. “Changing Fate”, “I Remember”, “Me and My Boyfriend”, dan beberapa lagu lain masuk dalam set ini, sebelum akhirnya memanggil NonaRia. Nesia Ardi, Nanin Wardhani, dan Yashintha Pattiasina memainkan “Hari Bahagia”. Penonton mendadak heboh mendengar ketiga dayang ini membawakan lagu tempo cepat yang nikmat untuk didansakan. Lagu Mocca yang dipilih NonaRia adalah “Teman Sejati”. Karena temanya sangat dekat dan “sesuai dengan tema NonaRia yang maunya terus berhasa Indonesia” kata mereka tentang alasannya. Berbeda dengan “Hari Bahagia”, nuansa lagu ini lebih pelan, mirip dengan suasana tropis lagu-lagu calypso. Namun, mereka tetap berhasil membuat penonton meminta encore tapi Mocca melanjutkan set ke “Lucky Man” bersama Mardial. Mardial dengan set DJ-nya ditemani Arina untuk mengisi vokal. Versi yang dibuat Sang Mamang Kesbor adalah remix dan vokal yang digunakan di album memang suara Arina. Karena album tribute-nya bertujuan untuk mengejar pendengar yang lebih muda, versi ini ditujukan untuk penikmat EDM. Giliran The Panturas naik ke atas panggung. “Tegang siah brow,” kata Kuya sang penggebuk drum di belakang panggung. Itu juga terlihat dari gelagat sang vokalis saat dipanggil Riko ke atas panggung. Dengan gaya canggung seorang pemalu (namun tetap penuh pencarian perhatian) ia menjelaskan kesibukkannya di luar band-bandan sesuai pertanyaan Riko. Mereka pun memainkan lagu tercocok mereka untuk set Mocca malam itu, “Sunshine”, dilanjut “You and Me Against the World”. “Tegang enggak sih, Gon?” tanya Izal kepada Si basis. “Tegang anjing,” jawab Gogon kelepasan. Semua orang nampaknya tegang-tegang kesenangan di hajatan ini. Riko dan Arina membantu mereka di gitar dan vokal pengiring. Riko yang tadinya hanya membawa dirinya di gladi bersih kini membawa gitar dan cukup membuat para personel The Panturas terkejut. Ini artinya isian gitar Riko tidak dilatihankan. Namun, penampilan keduanya menemani The Panturas tetap bisa menghibur Swinging Friends yang hadir. Para penampil yang naik ke atas panggung di dekat akhir lagu juga membuat suasana makin meriah hingga para penonton meminta encore lagi dan kali ini Mocca menuruti permintaan itu. “Lucky Me”, “Life Keeps on Turning”, dan “Swing It Bob” memang sudah dipersiapkan di daftar lagu mereka. Namun, saat penonton meminta Arina dan kawan-kawan membawakan “Butterflies in My Tummy”, mereka menjawab permintaan tersebut dengan membawakan potongan sederhana lagu tersebut. “Swing It Bob” jadi pilihan tepat untuk menutup set tiga jam malam itu. Berbagai pasangan gemas di tengah-tengah penonton berhasil dibawa berdansa dengan gaya cha-cha, tango, samba, waltz, dan tentunya swing khas kancah Sinatra dari “30-an hingga “50-an.     Penulis: Abyan Nabilio Editor: Antie Mauliawati Dokumentasi: Reza Zulmi  
Banner 300x600

RELATED BERITA

RELATED BERITA