Bicaramusik.id – Setelah meluncurkan
single bertajuk
Komodifikasi, kini grup musik yang terkenal dengan lagu kritisnya merilis mini album. “Uang Muka” milik
.Feast berisi tujuh trek yang merupakan ungkapan keresahan hati dari masing-masing personel.
“Uang Muka” ini seakan menjadi kejutan bagi para penggemar karena hadir saat proses penggarapan album ketiga yakni “Membangun dan Menghancurkan”. Menurut .Feast, perlu kedalaman bermusik untuk mempublikasikan album tersebut. Mereka ingin album bisa dituntaskan sebaik mungkin.
https://www.instagram.com/p/CE9rqFfj3sh/
Sebagai selingan, maka muncul “Uang Muka” yang hanya dikerjakan selama dua bulan saja. Terinspirasi dari fenomena akhir-akhir ini yang mana segala hal diuangkan. Contohnya pada awal pandemi, masker yang menjadi barang vital dinaikkan harganya.
“Hal-hal seperti ini yang buat kita ke-
trigger, coba bawa dan bahas di album ini,” jelas gitaris Dicky Renanda.
Setiap personel menyumbangkan idenya untuk mini album sesuai dengan tema besar yakni ekonomi dan kapitalisme. Mereka memang merasakan keresahan yang sama. Dicky mengakui tema yang dibahas pun merefleksikan diri mereka.
Pertama, mini album ini dibuka dengan kalimat-kalimat ajaib dari Jason Ranti. Jika dilihat dari intro, tentunya “Uang Muka” merupakan
one of a kind. Nampaknya, .Feast tak pernah kapok menyajikan hal yang berbeda untuk penikmat musik.
Kemudian, dilanjutkan karya Baskara Putra yakni
Dapur Keluarga,
leading track mini album .Feast. Ia mengungkapkan pengalaman pribadi ketika menjalani hidup. Lagu ini pun dilengkapi oleh video musik.
https://www.youtube.com/watch?v=2MqNziSDu9g
Selanjutnya ialah
Komodifikasi, sebuah
single pengenalan era baru dari grup musik ini. Bercerita tentang keresahan Adnan Satyanugraha tentang drama yang ada di media sosial. Adnan merasa sangat lelah dengan fenomena ini.
“Dari media sosial itu kita bisa lihat sebuah drama, kemudian dari drama bikin klarifikasi dan dari klarifikasi itu bisa dapat duit.,” ucap Adnan.
Trek keempat ditulis oleh Fadli Fikriawan yakni
Cicilan 12 Bulan (Iklan) menyindir perilaku konsumtif seseorang. Menurutnya, saat ini
e-commerce atau media sosial penuh dengan pedagang yang bisa menjebak seseorang untuk beli produk mereka.
Lanjut lagi dengan trek
Belalang Sembah yang mengangkat tema cinta. Namun, isinya bukanlah kisah roman picisan, melainkan sindiran kepada orang yang menyukai pasangannya hanya karena status sosial.
“Kalau diliat liriknya ini tuh tentang cinta yang ada duit dan bisa dijadikan ladang duit. Lebih berat itu cinta yang hanya butuh duit, orang cuman suka sama status sosialnya doang,” ungkap Dicky, penulis lagu.
Lalu, ada Ryo ‘Bodat’ yang menciptakan
Kembali Ke Posisi Masing-Masing. Ia menilai, kapitalisme yang ada di Indonesia mengharuskan kita sadar akan posisi masing-masing.
“Kalau ngomongin Kapitalisme ibaratnya tuh kalau lu miskin maka bakal miskin selamanya, karena emang lu dituntut sama struktur yang udah sebegitunya,” ujar Ryo ‘Bodat’.
Terakhir, trek
Apa Boleh Buat menjadi penutup mini album. Meski hanya digarap dua bulan, nyatanya “Uang Muka” menjadi persembahan baik dari .Feast. Grup musik ini memang mampu memproduksi karya yang kuat akan kritikannya
https://open.spotify.com/album/57tZrOfbf4UZNwOKhWoXMG?si=Qh5SGGCSSLCORVt9l_2akQ
Ingin lihat info musik lainnya? Yuk simak di
berita website Bicara Musik!