Bicaramusik.id

Banner 728 X 90
Idealis Dalam Bermusik Penting Nggak Penting?
  • By : Bicara Musik
  • 2021-02-18

Idealis Dalam Bermusik Penting Nggak Penting?

Bicaramusik.id - “Idealis banget dah lo!” “Susah ngomong sama dia, orangnya terlalu idealis!” “Sorry men, gua orangnya idealis” Aduh, udah cukup muak gua ngedenger omongan kayak gitu. Mungkin kalian semua pernah denger kata-kata kayak gitu, hmm... Atau kalian pelakunya?? Santai, nggak ada yang salah kok, tapi cuma eneg aja mikirin “idealis” yang menurut gua itu nggak bisa dijabarkan secara tepat. Karena kalau menurut Wikipedia sih, idealis itu orang yang bertindak berdasarkan pengalaman empiris yang unik, pikiran, dan cita-cita tinggi untuk mencapai hasil maksimal. Jadi, kalo sekarang kita semua udah tau arti dari idealis, setelah itu mau apa? Mungkin bagaimana mempertahankan sebuah idealis? Aduh, nggak selesai-selesai ya dari kata “Idealis” itu. Mungkin kita bisa selesaiin satu-satu atau lebih menyempit aja kali ya pembahasannya. Dari tadi gua ngomong tentang idealis, tapi gua nggak jelasin beridealis untuk apa. Nah, kali ini gua mau ngomongin tentang idealis dalam bermusik yang mungkin sebagian banyak orang belum mengerti apakah dirinya cukup idealis atau tidak sama sekali. Tolak ukur idealis atau tidaknya itu seperti apa sih? Apa sekedar liat dari omongan aja? Nah, itu yang nggak bener! Sedikit mengingat cerita ketika gua dan teman-teman band gua lagi ngulik lagu, sering banget adu bacot sama temen-temen gua bawaannya mau mukul aja. Biasa sih, gara-gara mau dia begini sedangkan mau gua begitu, di masa itu memang sulit untuk ketemu titik tengahnya, ya ujung-ujungnya diem-dieman dan sama-sama bete, haha norak emang band gua. Mungkin hal kayak gitu sangat amat lumrah banget ya kalo lo punya band, dan itu poin plus karena lo ngelewatin yang namanya proses pendewasaan dalam bermusik, dan itu masuk juga dalam pembahasan idealis bermusik lho. Curahkan idealis kalian dalam bermusik ke dalam bentuk karya, seperti menentukan arah musik yang ingin dibangun, menentukan mood yang kira-kira bisa membawa pendengar nantinya.  Dalam bermusik memang sangat baik jika memiliki tujuan, nah pengalaman ini kan digambarkan sebagai sebuah karya yang berangkat dari pengalaman itu sendiri. Sering menjadi sebuah masalah adalah banyak orang yang terjebak dalam sebuah idealis yang tak berkembang. Sedangkan musik itu akan terus berkembang, nah, dalam bermusik sangat perlu idealis namun harus digaris bawahi bahwa idealis itu juga akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kenapa bisa berkembang? Karena perkembangan itu muncul berkat faktor lingkungan, mulai dari apa yang kalian dengerin, update efek gitar terbaru, hingga ampli terbaru. Hal-hal update tersebut dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap cara pikir kalian dalam bermusik pastinya, sehingga kalian menghasilkan sebuah karya hasil dari pengalaman itu tadi. Intinya otak juga butuh lah ya hal-hal yang update, agar output yang dikeluarkan akan terasa segar. Sedikit salah arti ketika di antara kalian menganggap bahwa musik yang idealis itu musik A atau musik yang kurang idealis itu kayak B, itu sih SALAH BESAR! Ya, salah karena itu lo mengotak-ngotakan musik namanya mungkin lebih tepatnya lagi ya egois. The Beatles, bisa mengeluarkan segala macam bentuk genre di dalam karyanya, karena mereka tidak mengotak-ngotakan antara lagu “Ask Me Why” yang cenderung pop dengan lagu “Come Together” yang bercita rasa rock, ya walaupun si Lennon dan Paul sering banget berantem masalah musik mereka. Tapi dibalik itu mereka tetap terus berjalan mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitar mereka tentunya. Kalo ada yang mengotak-ngotakan musik sih itu namanya menganggap lo yang paling pantas, layak, atau harum di antara semuanya.  Cara membangun idealis yang berkembang adalah tetap mencari atau mendengarkan musik apapun, tetapi harus bisa juga mengolah dari apa yang diterima, sehingga cita rasa dalam bermusik masih kerasa dan akan selalu terasa. Sedikit contoh dari pengalaman gua sebagai penulis di mana gua suka banget musik yang menggambarkan kesan “dark”, tapi gua juga dengerin musik-musik yang jauh dari kata “dark” itu, kayak genre city pop dari Jepang. Dari hasil gua dengerin musik “fun” kayak city pop. Setelah gua mendengarkan lagu-lagu si city pop ini gua malah dapet sudut pandang baru dalam bermusik baik itu tentang lirik atau musiknya sendiri. City pop sendiri hadir pada tahun 1970-an dan musik ini terpengaruh oleh budaya moderen dari barat. Hal yang dipetik dari city pop ini adalah bagaimana masyarakat atau musisi Jepang bisa mengambil serta menerima pengaruh dari budaya barat dengan melewati berbagai macam proses pendewasaan sehingga menghasilkan sebuah musik yang otentik. Dalam hal ini mereka tidak menolak akan budaya luar yang masuk ke dalam kehidupan mereka, namun mereka bisa menerima lalu mencerna hal tersebut. https://youtu.be/zY5nYmTUfnQ Selain itu bisa diambil juga dari band metal asal Britania Raya yaitu Black Sabbath sekaligus vokalis andalan gua yaitu Ozzy Osbourne. Sangat terasa dan sangat jelas karya-karya dari mereka sangat amat dark, menurut gua. Contoh, si Ozzy sebagai frontman di Black Sabbath bisa tampil dengan look yang cukup dark, dan ketika ia bermusik sebagai Ozzy Osbourne dia tetap berkarakter dark, baik dari penampilannya, suaranya, dan isi lagunya. Sedikit mengulas tentang lagu milik Ozzy yang berjudul “Straight To Hell Tonight” di mana lagu tersebut menurut gua sangat amatlah dark. Sangat terasa dari karakter vokal khas Ozzy yang menurut gua juga cukup menggambarkan sisi dark yang gua maksud ditambah dengan strumming gitar yang khas dari Tony Iommi. Ozzy sendiri tetap bisa memberikan sentuhan ajaibnya ketika dirinya berada di Black Sabbath maupun proyek solonya. Dalam hal itu Ozzy tetap mempertahankan idealisnya walaupun berada dalam almamater yang berbeda.  https://youtu.be/kSRNrVjISRQ?t=14 Hal lainnya ada grup musik asal Jogjakarta bernama Senyawa, di mana grup musik ini menurut gua sangat amat idealis. Mereka menggabungkan sisi ekperimental dan kultur budaya setempat. Eksperimental yang dikemas dalam grup musik ini cukup terasa di liriknya yang mengandung sisi ekspresif di dalamnya serta alat musiknya yang dibuat sendiri menambah kesan natural dalam musik-musik mereka. Secara pasar mereka kurang mendapatkan perhatian, namun mereka seakan mengacuhkan masalah pasar dan mereka hanya fokus terhadap isi dari lagu mereka sendiri. Hal tersebut yang dinamakan idealis, mereka tetap bisa mempertahankan karakternya masing-masing dan buktinya mereka bisa sampai go internasional, walaupun kurang mendapat atensi dari lingkungan di sekitarnya. https://youtu.be/1mm0u2dQhQw?t=199 Hal lainnya ada grup musik asal Jogjakarta bernama Senyawa, di mana grup musik ini menurut gua sangat amat idealis. Mereka menggabungkan sisi ekperimental dan kultur budaya setempat. Eksperimental yang dikemas dalam grup musik ini cukup terasa di liriknya yang mengandung sisi ekspresif di dalamnya serta alat musiknya yang dibuat sendiri menambah kesan natural dalam musik-musik mereka. Secara pasar mereka kurang mendapatkan perhatian, namun mereka seakan mengacuhkan masalah pasar dan mereka hanya fokus terhadap isi dari lagu mereka sendiri. Hal tersebut yang dinamakan idealis, mereka tetap bisa mempertahankan karakternya masing-masing dan buktinya mereka bisa sampai go internasional, walaupun kurang mendapat atensi dari lingkungan di sekitarnya. Artinya, idealis itu tidak harus ninggalin sesuatu hal yang disuka demi sesuatu yang baru, dan  Idealis itu juga harus berkembang. Kesimpulannya adalah idealis bisa dibilang penting nggak penting. Kenapa? Idealis sangat amat penting jika seseorang bisa menerima apapun yang ada di sekitarnya, termasuk perkembangan, bunyi-bunyian, curhatan seseorang, sampai dengan hal-hal yang nggak penting. Jika itu semua dijalankan dengan baik tanpa menutup mata dan telinga, maka seseorang dapat menghasilkan karya yang jujur, otentik, dan poin terpenting bisa mengetahui apa arti dari saling menghargai. Jadi, itu dia panjang lebarnya tentang pembahasan idealis ini. Semoga bisa menjadi referensi kalian yang membacanya ya!     Penulis: Triputra Aditias Editor: Antie Mauliawati
Banner 300x600

RELATED BERITA

RELATED BERITA