Bicaramusik.id - Hari ini, ketika genre musik semakin beragam, dan lagu tentang tema apa pun selalu ada, muncul pertanyaan, ke mana perginya lagu anak-anak?
Selain lagu anak-anak, muncul juga pertanyaan, ke mana perginya lagu religi? Mengapa lagu religi menjamur hanya pada Bulan Suci Ramadhan lantas lenyap bagai diterpa kemarau sebelas bulan?
Bukankah perintah sedekah ataupun mengasihi anak yatim juga tidak hanya berlaku pada saat Bulan Suci Ramadhan saja? Mengapa lagu religi seperti tidak lagi menjadi opsi?
Bukankah Wali Songo menuai sukses besar berdakwah melalui jalan kesenian dan kebudayaan?
Terlebih jika menilik sejarah masa pra-Islam, musik muncul dalam musikalisasi syair, mantra, dan sihir. Dan, saat ini, musikalisasi puisi adalah salah satu metode berdakwah yang terbilang efektif.
Atas ide dasar tersebut di atas, kami dari ,?Halaqah Kreatif (HaQers); sebuah komunitas mengaji berisikan para praktisi dunia musik tanah air di Jakarta mempersiapkan suatu program pembeda dari bentuk lingkaran-lingkaran hamba yang berdzikir (mengingat) NYA, yaitu sebuah amunisi kendaraan menuju jalan syiar, kebaikan, dan kreatifitas bertajuk Harmonisasi Nada dan Dakwah untuk masyarakat umum dan masyarakat pesantren, di tengah-tengah semakin gencarnya idiom/jargon-jargon yang memecah belah umat di wilayah furu?iyah, keharaman musik.
Dengan mengumpulkan berbagai pihak dengan hasrat juga misi yang sama, yaitu menjalani kodrat naluri kemanusiaannya sembari melagukan nada-nada kehidupan.
Sehingga, Halaqah Kreatif melalui program Harmonisasi Nada dan Dakwah tersebut, membuat dan membangun kolaborasi musisi, mubaligh, ustadz bersatu dalam wadah bernama Ustadz Jamming.
Langkah awal telah diselesaikan dengan baik, satu lagu berjudul Hingga Waktu yang diciptakan (sekaligus bertindak sebagai produser musik) oleh Didit Saad dan Adnil Faisal (co-produser musik), Ustadz Jamming siap mengambil tangga langkah berikutnya dalam menjalankan misi dakwah mereka.
Lagu ini menuturkan akan Rasa Rindu pada Sang Khalik dan berjuta perasaan lain seorang hamba dalam perjalanan kehidupan spiritualnya.
Sementara musiknya turut menangis, seperti sengaja ikut larut dalam kesedihan yang sama.
Dan isak tangis mereka yang menyayat hati siapa pun yang mendengarkannya itu adalah lagu kehidupan bernada minor.
Nama-nama lain yang menguatkan konsep Jamming yang bersifat terbuka kepada siapapun yang berkenan turut ambil bagian dari misi ini, telah pula tergambar dengan jelas dari para pengisi, baik musik ataupun vokal.
Untuk lagu single ini, Ustadz Jamming menampilkan Deddy Lisan (vokal, Andra & The Backbone), Uchie Wiby (vokal), (Yaya Moektio, drum), Edi Kemput (gitar, Grassrock), Ivanka (bass, Slank), dan Achi Hardjakusumah (string) dengan proses mixing dan mastering oleh Indra Q.
Lagu adalah ibu kehidupan. Tatkala seorang anak manusia menangis, ibu memeluknya, menimang, seraya bersenandung.
[inlineAds]
Ada yang sederhana. Ada pula senandung penghibur.
Demikian pula dengan konsep keseluruhan Ustadz Jamming ini.
Nama-nama lain sudah mulai disiapkan sebagai gambaran, diantaranya adalah Ustadz Yuke Sumeru, Yukie Pas Band, Rere, dan beberapa nama lainnya yang tengah dipersiapkan untuk melagukan untaian bahasa kalbu sebagai bentuk kesetiaan pada syiar kebaikan sebagai niat awal.
Tanpa alasan, melalui berbagai cara untuk mencapai tujuan dakwah melalui lagu pun bisa berperan sangat baik untuk saling mengingatkan.
Berguna bagi sang penyampai secara pribadi, atau bagi siapa pun yang berkehendak untuk mengambil manfaat darinya.
Sejak mula semesta, senandung musik kehidupan telah bergulir. Masing-masing mandiri, namun tak sendiri-sendiri.?Begitupun?Ustadz Jamming.
[relatedPosts]
https://www.youtube.com/watch?v=VcFmIuie9zM