Bicaramusik.id - Bermain
ska punk hari ini sepertinya cukup membingungkan dan punya tantangan sendiri. Untuk bermain di ranah
ska murni, pendengar mungkin akan kebingungan dengan cepatnya tempo dari unsur
punk yang band macam ini mainkan. Sedangkan, saat bermain di acara
punk, keliaran di
moshpit pasti akan secara otomatis direm oleh nuansa-nuansa yang masih bisa diajak
skankin’.
Itu lah yang dirasakan unit
ska punk asal Bandung, Hockey Hook. “Orang masih awam sama
ska punk di sini soalnya jauh
pisan jarak (waktunya),” keluh Eki sang penepak perkusi tentang bandnya sembari memberi contoh Noin Bullet dan Dirty Dolls yang memang sudah jarang terdengar di
gig-gig hari ini saat ditemui di kawasan Jatinangor pada Rabu (4/3). “Zaman jayanya 2000-an lah.”
Karena alasan itu, dalam album mini terbaru,
Watch Your Mind yang dirilis 12 Februari lalu, Hockey Hook mencoba berkolaborasi dengan berbagai musikus lintas genre di sebagian besar treknya. Eki pun berkelakar dengan mendeskripsikan Hockey Hook sebagai “band panjat sosial”.
“Itu memang salah satu alasannya. Kami memang mengajak mereka untuk memperluas pendengar,” tambah sang vokalis sekaligus gitaris, Ongki, yang dihubungi melalui telepon di kesempatan lain akhir bulan lalu. “Hampir semua (kolaborator) berasal dari luar
ska punk.”
https://open.spotify.com/album/50FSrwtk50EzaNGCXCPJYx?si=X5HOafgWTIm5yUfB_Nkp7w
Potongan
Watch Your Mind yang keluar pertama adalah “Layar Nista” pada akhir 2018. Unsur tambahan yang ditampilkan dalam lagu tersebut adalah
dub reggae. Permainan
scratch dari gesekan piringan hitam hasil olahan DJ Eone Cronik (Eyefeelsix, Bars of Death) berhasil menambahkan nuansa
dub dalam mengiringi lirik agak berat yang menyentil sedikit tentang bagaimana televisi membingkai suasana politik Tanah Air saat itu. Ada sedikit “April 29, 1992”-nya Sublime di trek ini.
“Hockey Hook tuh pengin nyoba dobrak (
ska punk yang begitu-begitu saja),” jelas Eki soal banyaknya kolaborasi dalam album mininya. “Di luar pun, Sublime dan Long Beach (Dub Allstar) sudah mulai dari dulu”
“Layar Nista” memberi satu petunjuk. Trek kedua dari
Watch Your Mind ini dilepas bersamaan klip videonya pada akhir 2018 dan dalam deskripsi video tersebut tercantum, “
Single for our upcoming EP Album in 2019 soon!” Eki dan Ongki sama-sama mengakui bahwa
Watch Your Mind memang direncanakan rilis lebih awal. Semua trek telah direkam di tahun yang sama. Namun, karena berbagai masalah yang melanda Hockey Hook, perilisan pun molor hampir dua tahun.
“Dulu kami berencana rilis fisiknya dulu,” aku Ongki. “Kami bekerja sama dengan Fukyu Records untuk melepasnya dalam bentuk kaset.” Sayangnya, karena beberapa kendala, rilisan fisiknya tak kunjung beres dan Hockey Hook sepakat untuk melepas album mini mereka secara digital terlebih dahulu. Akan tetapi, Ongki dan kawan-kawan tetap berencana merilis fisiknya bersama label kolektif asal Malang yang memang punya spesialisasi
ska punk tersebut.
Selain itu, band yang sudah dimulai sejak Ongki masih duduk di bangku sekolah menengah atas ini juga ditinggalkan banyak personel. Hampir setengah anggotanya, Ei (drum), Kudaw (gitar), Bege (terompet), dan Aqbil (saksofon), berbondong-bondong meningalkan Hockey Hook menjelang EP dirilis karena kesibukan dan idealisme masing-masing.
Ini bukan eksodus pertama yang dialami Hockey Hook. Personel asli yang masih bertahan sejak band ini didirikan pada 2010 hanya Ongki. Ongki bahkan mendefinisikan hal tersebut sehagai “kutukan” karena gelombang pertama eksodus terjadi sesaat sebelum album penuh pertama mereka,
Randomness, dirilis. Dua kali rilis album, dua kali ditinggal.
Eki mengaku “kutukan” yang dikatan vokalisnya tadi membuat mereka berpikir ulang untuk menarik personel baru. “Trauma
atuh kita
teh. Keluarnya banyak banget,” ujar Eki. Mereka sebenarnya sudah punya drummer langganan yang membantu di setiap panggung akhir-akhir ini namun mengaku ragu untuk menariknya langsung sebagai personel tetap.
“Ada waktunya,” ujar Ongki. “Kalau kita punya karya baru (setelah agenda
Watch Your Mind beres), dia bakal ditarik jadi drummer tetap.”
Single dari
Watch Your Mind yang dirilis selanjutnya adalah “Akhir Cerita” pada pertengahan 2019. Kali ini, kolaborator yang diajak berasal dari ranah yang tidak jauh dari musik mereka. Hockey Hook mengajak Denny Frust yang Eki sebut sebagai “bapak
ska nasional”.
Bahasan dalam lirik lagu “Akhir Cerita” jauh lebih ringan. Ini adalah lagu untuk bersenang-senang dan Denny Frust berhasil mengangkat nuansa tersebut. Di
verse kedua, tempo standar Hockey Hook di
Randomness dan karya-karya mereka lainnya sedikit diturunkan. Jika di
verse sebelumnya gitar Ongki hanya memainkan satu kocokan yang terdengar dimainkan secara
upstroke di setiap ketukan, setelah Denny Frust memulai bagiannya dengan “Ahoy”, permainan gitarnya berubah menjadi
stroke naik turun yang lebih dekat dengan
reggae. Itu ditambah bagian lirik “siapkan beberapa lembar, mari kita berpesta” sungguh membawa pendengar pada nuansa pesta yang memang menjadi tujuan Ongki dan kawan-kawan.
"Kita juga lagi enggak mau bikin lagu dan lirik yang ribet, jadi pengen lagu dan lirik yang sederhana dan senang-senang aja," kata Tezar Ongki seperti dilansir
Antaranews.com dalam berita tentang rilisnya lagu tersebut sebagai nomor tunggal.
Dalam deskripsi lirik video untuk lagu tersebut, petunjuk lain tentang molornya perilisan mereka muncul. Setelah memberi petunjuk akan melepas EP pada 2019 di video sebelumnya, dalam video tersebut petunjuknya mengerucut di September. Akan tetapi, seperti diketahui sebelumnya, itu belum menjadi waktu mereka untuk
Watch Your Mind.
Sisa tiga lagu yang belum dibahas dan ketiga lagu tersebut memang belum dirilis sampai EP mereka keluar di awal tahun. “The Tears of What We Made” menjadi trek ketiga dalam
Watch Your Mind. Walaupun tak tercantum kolaborator mana pun di kredit, lagu tersebut tetap membawa kesan yang tak sekedar
ska punk. Kocokan gitar Ongki membawa suasana
folk atau
country yang dimainkan dengan gitar akustik walaupun entah gitar macam apa yang ia mainkan karena masih terdengar distorsi tipis di sana. Selain itu, suara alat musik tiup yang seperti pianika, akordeon, atau harmonika di beberapa bagian lagu juga mendukung suasana tersebut. Nomor ini bisa jadi balada istirahat yang cocok untuk menurunkan tempo saat pertunjukan langsung.
Lanjut ke nomor judul “Watch Your Mind”. Nomor keempat ini bisa jadi yang paling Hockey Hook dibanding trek lainnya di mini album terbaru mereka. Harmonisasi
brass section yang lantang, kocokan gitar
upstroke putus-putus, dan entakan
snare yang sengaja disetem
manteng menjadi penanda.
“Cheers for Our Struggle” merupakan pembuka, namun alangkah baiknya dibahas di akhir. Kenapa? Karena lagu ini nampaknya yang punya paling banyak cerita. Dengan menyimak video lirik untuk lagu ini, penonton bisa merasakan jatuh bangunnya Hockey Hook dalam penggarapan album mini ini. Lirik perjuangan ditambah kolase dokumentasi mereka yang disuguhkan hitam putih memang cocok dijadikan kenang-kenangan. Ongki dan Eki pun nampak paling semangat menceritakan lagu ini.
Cerita Eki satu ini tidak boleh ketinggalan. Di masa-masa hiatus sebelum
Watch Your Mind rilis, ia mengaku Hockey Hook nyaris bubar. “Ini cerita internal sih,” katanya sembari sedikit tertawa. “Si Ongki malah pernah
left group (Whatsapp). Si Ongki keluar
mah ya bubar
atuh, soalnya personel aslinya tinggal dia”
Eki menduga mungkin Ongki lelah dengan rekan-rekannya yang tinggal Ojan (bas), Ibeng (terompet), Tibon (trombon), serta Eki sendiri yang sibuk dengan kegiatan masing-masing dan seakan melupakan band. “Didiemin sebulanan, dia yang
ngechat duluan,” ujar Eki berkelakar.
Kejadian tersebut menyadarkan personel lain untuk meluangkan waktu lebih.
Watch Your Mind pun diakui berhasil memperpanjang napas mereka. Video lirk “Cheers for Our Struggle” juga membantu Hockey Hook menambah panggung. “Zaman sekarang
mah konten penting buat band-bandan,” aku Eki.
Komposisi lagu ini sungguh padat namun tetap eksploratif. Setiap instrumen, mulai gitar,
brass section, dan perkusi mengisi tempatnya masing-masing dengan porsi yang pas, begitu juga dengan permainan
bag pipe dari Amik Ragil (pemain instrumen yang sama untuk unit
celtic punk Surabaya, Plester X) dan terompet Bane Rosemary (yang juga berperan sebagai pengarah
brass section album ini keseluruhan). Sorotan tentu tertuju pada
bag pipe yang memberi nuansa tradisional dari daratan berangin Eropa tepatnya Irlandia. Kali ini, bersama Amik Ragil, Hockey Hook memang mencoba bereksperimen dengan musik
celtic.
Membawakan secara langsung lagu ini di panggung akan meninggalkan pekerjaan rumah tersendiri karena kolaboratornya didatangkan jauh dari timur pulau Jawa. Beruntung, saat penggarapan lagu, Hockey Hook rajin mengunggah proses yang tentu sekali dua menampilkan Amik bermain
bag pipe. Salah satu pengikut mereka sering kali merespons unggahan saat itu dan setelah ditilik ternyata ia bermain alat musik tiup yang sama.
Namun, ceritanya tidak berakhir di sana.
“Dia tinggal di Bandung jadi gampang kalau mau ngajak,” ujar Eki. “Tapi waktu kita mau manggung dikabari enggak ada balasan.”
Ongki dan Eki pun iseng mencari tahu tentang keberadaan sang pemain
bag pipe misterius dengan menjelajahi unggahan media sosialnya. Yang mereka dapatkan adalah beberapa ucapan belasungkawa yang ditujukkan kepadanya. Ironis, menyedihkan, menyeramkan, dan lucu (maaf) di saat bersamaan.
Bermain musik dengan format padat seperti Hockey Hook memang kadang menyulitkan. Apa lagi yang dimainkan lumayan
segmented. Rekor 10 personel mereka tergerus hingga menjadi lima dengan drama yang penuh lika-liku.
Cheers for your struggle, mate!
Penulis: Abyan Nabilio
Ilustrasi: Dok. Hockey Hook